Untuk harapan,
Bukannya menjadi sebercak cahaya dalam kegelapan. Kau menjadi secangkir espresso yang terpaksa kusimpan dalam mulut sebelum kuminum dalam satu tegukan. Hitam dirimu kembali menggelapkan hati, pahit dirimu membuatku berkata tidak pada dunia.
Dan hanya masokis tahan tusuk yang berani bertahan denganmu, wahai harapan
Makassar, 12 Maret 2016. Saat berharap masih saya harapkan. Saat berharap masih membunuh. Saat saya belum sadar, berharap kudu selow
Tidak ada komentar:
Posting Komentar