Ya, terpakulah diriku menatap cahaya melalui ventilasi vertikal. Dalam pasif aku perlahan menikmati cahaya.
Haha tertawalah aku melihat diri sendiri lindang bak lilin. Lilin yang perlahan lindap, sama seperti cahaya yang kutatap, dengan lembut melarikan ke arah pantai dimana para mojang yang mejeng-mejeng menantikan senja.
Para mojang yang tanpa ada perasaan yang memburu selain sukacita. Mungkin saja karena mereka bersama teman-teman yang hanya sebatas menghabiskan waktu di sore. Atau menghabiskannya bersama korban cinta monyetnya masing-masing. karena jarang sekali diantara mereka yang menikmati kesendirian dalam keramaian.
Mungkin juga dipenuhi oleh para pedagang kaki lima maupun asongan, penjaja jasa diantara mereka. Ada yang berteriak-teriak, supaya ada yang terenyuh mendengar panggilannya, ataupun hanya untuk memikat seorang anak kecil dengan segala kebutuhannya (atau kemauannya?), ada yang hanya berduduk santai, menyapukan pandangan ke sekitar pesisir, mengeker calon pelanggan, atau hanya sebatas ikut dalam euforia pantai yang menuju senja.
Dan ya, dalam lindap kelam sekitarku, aku hanya terdiam menatap tralis besi ventilasi, karena satu-satunya sumber cahaya bayan cerah yang kontras dari situlah membuatku terdiam. seolah-olah diterpa terik lembut sinar senja.
Bandung, 9 Februari 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar