hingga mampus menembus jantungmu
sampai lupus harapan dada terelus
layak tikus mengerat gabus
hingga bunyi mencicit pangkat dua
kutembus apa yang tak mungkin
kudobrak jiwa-jiwa tradisional mereka
kurombak doktrin yang tlah berumur
kudaki dan ku berpijak pada gunung
pada gunung kemustahilan
dalam gapaian namun tak bisa diraih
dalam penglihatan tapi buta jua
dirasakan tetapi hampa
dinding es penuh dusta ilusi yang fana
putus asalah aku bercucuran airmata
menyakiti bentuk fisik dari tubuhku
agar kesengsaraan mental tak seberapa
agar biasa terhadap tekanan, kegilaan
kemunafikan
apakah aku terhadap dia
terhadap keluarga?
terhadap norma?
terhadap agama?
atau terhadap,
diriku sendiri?
11 Juni 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar