follow

follow

Minggu, 31 Maret 2019

apa?

beroda tanpa kaki karena sudah terguling tetapi sanggup menghempas debu dan melaju. lalu terus, terus, terus tiada arah dan tenaga. tetapi berguling terus, terus, terus mengikuti arus.

ia tak bisa begini terus. setidaknya ia harus ada tenaga yang dapat berguna juga, tak hanya beban. setali tiga uang, tetapi malah merusak relasi antara penumpang kereta. bahkan yang ia idamkan pun merengut, memandangnya dengan jijik.

"diam dan tidak diam sama-sama salah"


hanya nila setitik, rusak kencana serusak-rusaknya. bahkan dalam terhenti pun hancur.

memang jiwa vandal, anarki dalam pikir dan perbuatan, tak berbuah manis, langsung busuk bahkan dalam niat. berbau amis nan terbakar, asapnya menghalangi pemandangan dan tak sanggup untuk melihat dimana untuk bertapak. sinyal ke ponselmu tak dapat digapai, bahkan untuk mengabari kau tidak bisa melihat layarnya, buram, namun cahaya semu itu tampak nyata yang menggoda.

tinggal sebentar, tertinggal sedikit, terbelakang, maka dunia ini dengan sekejap menjadi ceria. tanpa caci orang-orang yang tak mengerti, tanpa suara orang yang menangis.

dan ia tetap sendiri. mengurung diri dalam ruang temaram dingin ditemani lampu filamen yang akan basi. warna kuning-jingga yang menciptakan hangat, namun ia tetap menggigil. memeluk lutut karena tak ada lagi raga manusia lain di sekitarnya. ia menangis, mengeluarkan air mata dengan sengaja untuk menutup dahaga akan ceritanya.

terus terang, walau memang senyap, menegak hitam dengan penuh. setidaknya penuh, daripada bening, transparan, kosong tanpa rasa. hanya meninggalkan hampa. karena di gelap, terang walau seberkas, sebesar lubang jarum, ia jauh menerobos kelam, membunuh bayang.

cerita. dalam hati ia langsung tersenyum. tapi langsung ia muntahkan isi perutnya. bagai gelas yang langsung diisi air panas. tak seimbang keadaan di dalam dan luar, tubuhnya rusak. tapi tak mengapa setidaknya ia dapat menampung walau sedikit, walau ia rusak. dan tetap berguna setidaknya untuk dirinya sendiri.

bukan ia tak cinta dirinya. tapi ia tak suka dikala ia menyukai. ia pernah terlalu gembira sehingga ia jatuh sebenar-benarnya  kenyataan.

akhirnya ia biarkan dirinya tenggelam dalam sedih. setidaknya ia berharap seperti yang sebelumnya, terjadi berlawanan arah. ia mengharap bahagia.

31 Maret 2019

Sabtu, 30 Maret 2019

I : Log

Kemana mah kemana aja tapi dengan siapa masih entah.

Mau jalan sendiri atau duduk berdua pasti kau tahu yang mana yang nyaman.

Gelak tawa di kursi belakang, saya yang pakai helm hanya bisa merasakan hawa bahagia. Dan ia menyeruak masuk menghangatkan tubuh.

Kau di kursi samping, senyumanmu lebih dingin daripada ac yang meniup mataku, yang bahkan tak mampu membuat saya mengeluarkan air mata. Tatapanmu sayu, membuatku melayu mau bersandar. Setir saya yang pegang tapi saya ingin kau mengendalikanku.

Perempuan adalah binatang.

Di dalam hutan, cuma sisa-sisa yang kau temui. Bahagia dan tak tergapai bila sudah bertemu. Awas diterkam.

Candaan tak jelas, memberi penjelasan bahwa kau bahagia. Saya bahagia bila kau bahagia. Tidak peduli mau berkendara atau jalan kaki asal kau ada di dekatku.

Bau asap yang lengket denganku tak terlalu kau hirau. Demikian saja saya senang. Kau menerima. Kemudian membuang. Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

Bangsat memang

Selalu saja menikmati hidup yang sudah lewat.

Karena yang sedang dituju adalah awang-awang. Asa dalam masa masih terjaga dan tersimpan, sampai kau datang bila masih ingin bersama.

Tolong saya.


II : log

Saya tidak mengetahui mati. Hanya menikmati.
Binatang hidup atau karkasnya, sama-sama indah.

Perempuan adalah binatang.

Kau hidup atau mati?

Tolong jangan rusak saya.

Saya ingin hidup tenang. Walau hajatku ada padamu, tapi
saya ingin hidup tenang. Walau tanpamu.

Nanti hasrat yang kudus, murni untuk menjaga, hanya
merusak, saya dan kau.

Perempuan adalah binatang.

Sayang sekali, saya terlanjur sayang.


30 Maret 2019


Kamis, 14 Maret 2019

Bak peribahasa;
siang jadi angan, malam jadi mimpi.
Berbeda, karena terang atau temaram
tetap kau bunga tidur, merambat
di sanubari utopis ini.

Merambat, membunuh perlahan.
Merayap, membuat karam.
Sejuk, menusuk.

tetap kau bunga tidur, tumbuh
akar merambat menutup insan
dan kedua mata.




14 Maret 2019

Kawan?

halo kawan beberapa saran kalian itu sampah tak mau orang menerimanya.
halo kawan kritik itu sampah.
halo kawan apakah kau kawan?

dengar dong kawan.

eh kau tak mendengar.

halo kawan apakah kau kawan?




11 Maret 2019

aaaaaaaaaaa

Terbujur kaki terpecah arang karena kau tak jua bersua sehingga semua hampa mati tiada dan semua sia-sia lalu terhempas dan terbakar di atas atap seng di siang hari yang berdecit berderau bergeretak karena memuai walakin hujan karena rasa senantiasa membara tak padam redam dihempas ditiup disiram Ia tak kunjung santai.


aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa


10 Maret 2019

Jumat, 08 Maret 2019

Hilang dalam Genggaman

Palingan wajah bermakna dusta
Apa daya aku hanya bisa terpesona
Walau rohani menolak cara
Apa daya pikiran telah sirna

Sayang karena telah kusayang
Pernah pula kau dalam genggaman
Tiada tersirat maupun tersurat
Apa daya pikiran telah sirna

"Bila sampai waktuku..." ucap dia
Apa daya usaha tanpa hasil
Sejauh apapun kucoba tarik kembali
Apa daya pikiran telah sirna

"Tidak juga kau..." kuhina
Apa daya hati telah buta
Walau batin menjerit meraung
Apa daya pikiran telah sirna
Perbedaan yang menjadi cacian
Hubungan yang menjadi cacian
Pemikiran yang menjadi cacian
Tiada orang peduli selain dirinya

Kecuali dia
Telah buta oleh suatu
Kau tahu apa
Namun tiada orang peduli

Lantas, apa arti peduli
Sebatas omong kosong hampa
Sebagai peresmian atas dusta
Tiada peduli selain dirinya

Peduli nanti, nanti peduli
Bertanya "apa bedanya?"
Tiada respon bagai rutinitas
Karena tak ada yang peduli



Makassar, 29 Desember 2015